Kali ini saya ingin mengajak Anda berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan, “Apakah seseorang yang berpenghasilan ratusan juta bahkan miliaran setiap tahunnya itu memiliki kemampuan ribuan, ratusan ribu atau bahkan jutaan kali dari kemampuan rata - rata orang? Apakah seorang presiden juga memiliki Intelligent Quotient (IQ) atau kemampuan lainnya 100 kali dari rata - rata kemampuan rakyatnya?” Saya yakin Anda akan menjawab, “Tentu saja tidak!” Lalu apa yang membedakan mereka (orang-orang sukses) berbeda dengan orang biasa? Orang sukses atau orang kaya biasanya memiliki ‘kecerdikan’ untuk memanfaatkan kemampuan dirinya dan memanfaatkan sumber daya orang lain. Sesungguhnya orang sukses dan orang kaya dibandingkan dengan orang-orang gagal atau orang miskin memiliki perbedaan yang sangat tipis. Perbedaannya hanya pada ‘kecerdikan’ tersebut.
Mengapa seseorang yang sudah bekerja keras –ibaratnya kaki ditaruh di kepala, kepala dijadikan kaki- tapi tidak mengalami perubahan siginifikan dalam hidupnya, bahkan sampai usia lanjut pun hidup mereka ‘biasa - biasa’ saja?. Ada beberapa kemungkinan mengenai hal ini. Salah satunya karena mereka tidak bekerja secara ‘cerdas’ dengan memanfaatkan kiat - kiat orang sukses. Mereka lebih mengandalkan bekerja keras –bahkan kerja sangat sangat keras sekali– namun tidak mau belajar dan atau bekerjasama dengan orang lain. Mereka bekerja sendiri! Padahal apabila mau memanfaatkan ‘daya ungkit’ –suatu cara yang mampu mengantarkan sukses lebih cepat- maka usaha menjadi lebih mudah dan lebih ringan. Kita dapat menganalogkan ‘daya ungkit’ sebagai sebuah dongkrak mobil atau alat pengungkit. Sebuah mobil bila bannya bocor tidak mungkin kita angkat sendiri untuk mengganti ban. Kita membutuhkan dongkrak untuk mengangkat mobil agar lebih mudah dan ringan. Demikian juga kita dapat menggeser batu besar, dengan tenaga minimal karena menggunakan alat pengungkit. Begitulah perumpamaannya.
Demikian juga untuk melipatgandakan kekayaan. Menurut Tung Desem Waringin dalam buku Financial Revolution (2005), untuk melipatgandakan kekayaan atau mendapatkan uang dengan cepat dapat menggunakan rumus berikut :
ADDED VALUES x LEVERAGE
Leverage berarti pengungkit atau pendongkrak, yakni alat bantu yang memudahkan atau mempercepat pencapaian tujuan. Untuk menjelaskan rumus diatas -perpaduan antara added values (nilai tambah) dengan leverage (pengungkit) sehingga bisa menghasilkan banyak uang, berikut saya berikan cerita yang saya kutip dari sebuah majalah –Agustus 2005. Sebut saja PT A– perusahaan properti di Yogjakarta, yang hanya dalam waktu lima tahun mampu masuk dalam jajaran tiga besar pengembang dengan omset ratusan miliar dan berhasil membangun 40 lokasi perumahan. Padahal ketika perusahaan ini didirikan oleh kakak beradik Mr BI dan Mr AF, hanya bermodalkan Rp65 juta (1999). Mereka mengembangkan bisnis dengan strategi menjalin kerjasama dengan pemilik uang (=leverage, pengungkit) dengan pembagian 60:40 dari laba bersih. Enam puluh persen untuk developer dan empat puluh persen untuk investor. Kerjasama ini dilakukan dengan transparan karena investor bisa mengetahui seluruh biaya operasional dari proyek yang dijalankan. Bahkan investor bisa ikut menentukan berapa nilai jual proyek (=added values, nilai tambah). Uang orang lain tersebut sebagai daya ungkit karena bagi PT A, bila hanya mengandalkan uang sendiri yang sangat terbatas, maka bisnisnya tidak akan cepat berkembang. Sedangkan transparansi dan pengelolaan bersama adalah nilai tambahnya, karena tidak semua perusahaan menerapkan sistem seperti itu. Biasanya pengelola bisnis merasa tidak nyaman dengan keikutsertaan investor dalam urusan manajemen. Jadi itu bisa disebut nilai tambah.Menurut Robert G. Allen dalam buku The One Minute Millionaire, ada lima leverage yang dapat digunakan sebagai pondasi dalam meraih kekayaan yaitu mentor (pembimbing), tim yang kuat, jaringan, peralatan dan sistem. Kelima leverages itu akan memberikan daya ungkit yang luar biasa dalam membangun kekayaan melalui :
1. Uang orang lain Di dunia ini selalu ada orang yang memiliki uang berlimpah, namun tidak memiliki waktu untuk mengembangkan uangnya, tidak memiliki cukup keahlian untuk berbisnis, atau berbagai alasan lain. Ada juga orang yang kekurangan uang (memiliki modal terbatas) tapi banyak ide kreatif, semangat dan etos kerja yang tinggi. Inilah yang menyebabkan adanya supply (penawaran) dan demand (permintaan) kerjasama dalam pengelolaan keuangan. Kondisi ini pula yang melahirkan industri perbankan sebagai lembaga intermediasi (menghimpun dan menyalurkan) dana masyarakat. Sesungguhnya kita dapat memanfaatkan kondisi itu untuk meningkatkan finansial. Bagaimana caranya? Salah satunya, kita dapat mengambil hutang di bank atau bekerjasama dengan pemilik dana untuk membiayai proyek - proyek produktif maupun properti. Bila hal itu belum bisa dilakukan karena kita belum dipercaya pemilik modal, kita bisa memulai dengan menjadi broker atau perantara jual beli barang seperti properti. Kita bisa mendapatkan keuntungan meski tidak memiliki modal sama sekali. Dar broker kemudian kita akan meningkat menjadi orang yang dipercaya untuk mengelola uang pemilik modal maupun perbankan. Banyak kisah sukses orang - orang yang berhasil memanfaatkan daya ungkit ini (menggunakan uang orang lain atau bank) dan yang paling nyata adalah sebagian besar konglomerat.
2. Pengalaman orang lain. Kita memerlukan pengalaman-pengalaman orang lain sebagai pelajaran yang berharga. Pengalaman itu bisa dari kesuksesan orang lain. Bisa juga dari pengalaman kegagalan seseorang. Pengalaman bisa mengajarkan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Bagaimana strategi orang-orang kaya meraih kekayaannya dapat kita contoh. Kita juga butuh mentor (pembimbing) untuk membantu meraih tujuan-tujuan yang diinginkan, termasuk tujuan keuangan. Dengan mentor, kita dapat belajar secara cepat. Meski kita dapat meraih suatu impian atau tujuan menggunakan cara sendiri, namun kita harus melakukan try and error alias coba–coba sehingga butuh waktu lama untuk sampai tujuan. Tentu akan lebih efektif bila kita memiliki cara-cara yang sudah terbukti keberhasilannya dengan ‘ramuan’ yang sudah pas. ‘Ramuan’ itu biasanya dari pengalaman orang lain.Contoh sederhananya, ketika Anda ingin membuat nasi goreng. Meski Anda sudah mendapatkan resepnya, belum tentu nasi gorengnya lezat. Meski ukuran bumbunya sudah sama persis dengan teori yang Anda dapatkan, bisa jadi nasi gorengnya terlalu kering, terlalu manis atau terlalu basah. Kemungkinan ini bisa terjadi hanya karena kesalahan sedikit saat Anda memasak. Misalnya Anda mendahulukan menggoreng nasi kemudian bumbunya, maka hasilnya pasti berbeda bila bumbunya lebih dulu kemudian nasinya. Hal-hal kecil seperti itulah yang kita butuhkan dari pengalaman orang lain.Bukti bahwa pengalaman maupun mentor kita perlukan, Anda dapat menyaksikan orang-orang sukses seperti Bill Clinton, Andre Agassi, Nelson Mandela dan Lady Di. Mereka sukses dibidangnya masing-masing karena memiliki mentor yaitu Anthony Robbins.
3. Ide orang lain. Anda tentu kenal Henry Ford. Pendiri perusahaan otomotif Ford Motor tersebut pernah mengatakan, “Saya tidak pernah berpikir: Mengapa saya harus menciptakan produk yang belum ada. Saya selalu berpikir: Mengapa saya tidak menciptakan produk yang lebih baik dari yang sudah ada?” Apa yang dikatakan Ford memberikan pelajaran bahwa kalau ingin sukses berbisnis maupun finansial, kita tidak harus berpikir mencari ide yang benar-benar baru. Namun kita bisa menambahkan atau menyempurnakan ide yang sudah ada menjadi lebih baik. Kita boleh meniru ide, bisnis atau kiat-kiat orang lain. Tidak perlu malu mencontek!. Bila ada ide bagus, tidak ada salahnya ditiru. Tapi hal yang paling penting dalam mencontek ide atau bisnis adalah menggunakan rumus ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
4. Pekerjaan orang lain. Seringkali dalam bisnis atau pekerjaan yang kita lakukan itu akan lebih baik dan lebih efisien bila dikerjasamakan dengan orang lain. Sama seperti perusahaan mobil yang memberikan sub kontrak untuk spare part tertentu kepada vendor, misalnya jok mobil, ban, kampas rem. Demikian juga bila Anda mulai merintis bisnis, pada awal usaha kita boleh mengurus sendiri urusan bisnis mulai dari A – Z, mulai dari pemasaran, mencari modal kerja, mengantar barang, memproduksi barang, menagih dan sebagainya. Akan tetapi bila itu Anda lakukan selamanya, lama kelamaan Anda kecapaian!. Maka sebaiknya Anda berpikir untuk mendelegasikan kepada orang lain.
5. Waktu orang lain.Waktu sehari semalam adalah sama bagi setiap orang yakni 24 jam. Jumlah waktu tersebut masih harus dikurangi dengan istirahat, tidur, ibadah dan kegiatan lain. Hasil sebuah penelitian yang dikutip oleh Promod Brata dalam buku Born to Win menyebutkan bahwa dari umur hidup seseorang yang mencapai 70 tahun, ternyata hanya tersisa waktu efektif 12 tahun untuk bekerja. Rata-rata 25 tahun untuk tidur, 8 tahun untuk belajar, 6 tahun untuk istirahat dan sakit, 7 tahun untuk liburan/rekreasi, 5 tahun untuk komunikasi, 4 tahun untuk makan dan 3 tahun untuk transisi yaitu persiapan untuk melakukan semua aktivitas diatas. Dengan memperhatikan realitas diatas, waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan hidup ini relatif kecil. Bila orang hanya bekerja menggunakan waktunya sendiri, maka akan biasanya akan lama sampai tujuan. Maka, mau tidak mau, suka atau tidak, kita membutuhkan waktu orang lain untuk membantu meraih tujuan hidup, termasuk meraih kesuksesan finansial.
Tulisan ini diambil dari Majalah Nurul Hayat - Nopember 2008
Sumber: http://www.bukubagus.com/page_inspirasi_all.php?id_kom=257
Gadget Text
INFO DAN KONSULTASI HUBUNGI 082139434212
kita juga punya nih artikel mengenai finansial, silahkan dikunjungi dan dibaca untuk menambah wawasan, berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/852/1/paper_Marimin_dan_Arfan.pdf
trimakasih :)