DROPDOWN MENU

Gadget Text

MAAF, TOKO TUTUP !!!

TERTARIK? SILAHKAN KLIK LINK 1 (STIKER TIMBUL), LINK 2 (PRINT DI VINYL/MIKA) DAN LINK 3 (CETAK KAOS DIGITAL)
INFO DAN KONSULTASI HUBUNGI 082139434212

Rabu, 03 Agustus 2011

Foto-Foto Surabaya Tempo Doeloe

Kalimas di Plampitan

      Panorama Sungai Kalimas sepanjang Jalan Plampitan (kini Jl Ahmad Jais). Plampitan adalah kampung di kota Surabaya. Kata pelampitan berarti perajin lampit (tiar rotan). Dahulu kampung ini punya industri rumah tangga pelampitan. Jalan Plampitan sebelah kanan melewati Jalan Makam Peneleh dan Jembatan Peneleh.
      Kalimas dilintasi perahu gaya gondola Venesia. Di latar belakang terlihat gedung ANIEM (kini PLN) yang dibangun pada tahun 1930. Di sebelah kanan dari kantor ANIEM terlihat pom bensin BMP yang terletak di ujung utara Jl Gemblongan. Di belakang itu terlihat kompleks pertokoan/perkantoran dengan 4 menara putih yang dibangun pada tahun 1920. Di sebelah kanan dari kompleks tersebut terlihat gedung putih bergaya Art Deco yang simetris yaitu gedung Singer yang terletak di Alun-alun Contong.

Masjid Kemayoran

      Masjid ini terletak di  Jl. Indrapura dan hingga kini masih ada dan berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam. Menurut sejarah, masjid tersebut merupakan hadiah dari Gubernur Hindia Belanda untuk pemeluk agama Islam di Surabaya. Hal itu tertulis di bagian atap (yang kemudian juga ditulis lagi dalam prasasti) dengan menggunakan tulisan Jawa. Kala itu Bupati Negeri Soerabaia adalah Tumenggung  Kromojoyodirono (1772-1776).
       Masjid Kemayoran pun berkembang. Kini di komplek itu juga terdapat sekolah Ta`miriyah yang didirikan KH. Abdul Manab Murtadho sebagai ketua Ta`mir Masjid Kemayoran Surabaya.
      Terlepas dari sengketa yang kini terjadi--pengurus berebut hak atas Yayasan Ta’miriyah-- lembaga pendidikan formal maju pesat dengan jenjang pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak (TKI), Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Ta`miriyah. Selain itu, juga mengelola pendidikan non-formal yang telah berjalan dengan baik, seperti TPA, Jam`iyah Tahsin Liqiro`atil Qur`an dan lembaga pendidikan Bahasa Arab (LPBA).

Lindeteves Stokvis

      Jika melihat gedung pada foto di atas, sebagai warga Surabaya tentu bisa menebak-nebak. Foto tersebut adalah gedung yang kini digunakan oleh Bank Mandiri di jalan Pahlawan. Pada masa  lalu, gedung ini digunakan oleh N.V Lindeteves-Stokvis yang merupakan  satu di antara lima perusahaan konglomerat Belanda.
      Di Surabaya NV. Lindeteves-Stokvis adalah cabang dari perusahaan yang berkedudukan di Semarang. Bisnisnya dibidang konstruksi baja membuat pihak Jepang menjadikan gedung di jalan Pahlawan ini bengkel perbaikan peralatan perangnya dimasa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945.
      Gedung ini dibangun pada tahun 1911. Perancangnya adalah biro arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuypers dari Batavia (Jakarta). Dengan menara "Jam " nya yang sangat tinggi, gedung tersebut menjadi "Landmark" bagi lingkungan sekitarnya.
       Jika menengok ke zaman Jepang, pada zaman Jepang Gedung ini disebut sebagai Kitahama Butai, pada tanggal 12 September 1945 diserbu arek arek Suroboyo dibawah pimpinan Isa Edris dan Suprapto.

Nuts Spaarbank

       Gedung ‘Nederlands Sparbank’ atau disebut juga ‘Nuts Spaarbank’ terletak di pojokWillemskade dan Roomschkerkstraat (sekarang Jl. Jembatan Merah dan Jl. Cendrawasih).
      Gedung tersebut didirikan pada tahun 1914. Perancangnya atau arsiteknya adalah Fritz Joseph Pinedo (seorang keturunan Portugis Brasil). Sampai sekarang gedung tersebut masih dalam kondisi baik, digunakan oleh Bank Internasional Indonesia (BII).
       Pada Mei 1833, tercetus ide untuk mendirikan sebuah Bank Tabungan untuk Umum, mengingat pada saat itu pemerintah Belanda sudah stabil, terutama dibidang ekonomi dan keuangan. Ide ini ditangani oleh Maatschappij Tot Nut Van Het Algemente yang berkedudukan di Amsterdam. Nuts Spaarbank ini merupakan satu- satunya Bank Tabungan Umum di kota Surabaya pada waktu itu. 

Societeit Concordia

      Societeit Concordia dibangun pada tahun 1860 di sebuah jalan yang lalu diberi nama Jalan Sositet (Societeitstraat). Kini namanya Jalan Veteran. Gedung tersebut adalah sejenis Club House. Concordia adalah sebuah club untuk elite kolonial. Pada 1917 club Concordia pindah ke Sositet baru di Jalan Simpang (Balai Pemuda) lalu gedung ini direnovasi berdasarkan disain arsitek Cornelis Citroen (1881-1935). Setelah 1917 gedung menjadi kantor BPM (Batavia Petroleum Maskapai). Saat ini masih berfungsi sebagai kantor Pertamina.

Pengadilan Tinggi

      GEDUNG Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi) di Zaman Belanda, di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) pada perayaan HUT Ratu Wilhelmina tanggal 31 Agustus 1935. Acara karnaval dan pawai disaksikan rakyat yang berjubel di sepanjang jalan, viaduk jalan-jembatan perlintasan kereta api, bahkan sampai ke puncak gedung kantor Gubernur Jawa Timur di seberangnya.
      Gedung yang dibangun tahun 1890 oleh arsitek M.J. Hulswitt itu awalnya hanya diperuntukkan bagi peradilan orang – orang kulit putih dan timur jauh saja, sedang orang pribumi memiliki sistem peradilan sendiri. Gedung ini nampak indah dan gagah pada masanya dengan pilar bergaya indische empire yang saat itu sedang tren. Tren pilar indische empire ini sama persis dengan yang kita lihat di Istana Merdeka saat ini.
       Gedung ini menghadap ke timur atau persis berseberangan dengan kantor Gubernur Jatim saat ini. Pada zaman Jepang, gedung ini berubah fungsi menjadi Markas Polisi Militer (Kenpetai) dan sekarang sudah hancur. Kini, di atas lahan ini berdiri kokoh kompleks Tugu Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik 10 November 1945. 


Restoran Simpang

      Simpang Restaurant  berdiri sejak tahun 1920-an. Letaknya di perempatan Simpang-Palmenlaan (kini Jl Gubernur Suryo- Jl Pemuda). Restoran ini menjadi salah satu bagian dari pusat belanja tempo dulu.  Kemudian, pada tahun 1930-an direnovasi menjadi kompleks bioskop. Disini terdapat dua bioskop Maxim dan Sky dan sebuah tempat dansa bernama Gaieté dan kelab malam Cercle Hellendoorn. Lalu ada macam-macam toko, antara lain sebuah toko es dan toko bunga ‘Myrtha’. Sekarang gedung bioskop Maxim dan Sky sudah terbakar dan runtuh.
      Kini, meski wilayah ini menjadi salah satu pusat keramaian di Surabaya tapi bisa dikatakan ‘mati suri’. Bangunan mulai eks-Ayam Goreng Pemuda hingga Eks-Bioskop Indra tak berpenghuni. Tak adanya lahan parkir, membuat kawasan ini sulit dijadikan lokasi bisnis maupun perkantoran.  

Broederschool 

      Gedung ini terletak di Coen Boulevard 5. dengan nomer tilpun Z.1329, sekarang SMU St. Louis di Jl. Dr. Soetomo. Dibangun tahun 1923, dengan arsiteknya Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers dari Weetenreden Batavia. Sebelumnya digunakan sebagai Markas Surabaya Syuu Tokubetsu Keisatsutai atau  Pasukan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya.
       Pada tahun 1943 digunakan untuk Markas Polisi Istimewa yang dipimpin M.Yasin. Pada tanggal 20 Agustus 1946 di gedung ini terjadi penurunan benderaHinomaru yang diganti dengan bendera Merah Putih dan diteruskan pengambilalihan persenjataan oleh anggota Polisi Istimewa dari tangan Jepang. Pada tahun 1949, gedung ini digunakan untuk Markas Brimob, selanjutnya pada 1 Agustus 1951 mulai dipakai untuk SMA Katolik St. Louis I yang dikepalai oleh Bruder Aloysius (Kwanda 107). 

Pasar Pabean

       Bagi masyarakat Surabaya, Pasar Pabean dikenal sebagai salah satu pusat perkulakan rempah dan bahan pangan di kawasan Surabaya Utara. Tapi ada juga yang mengatakan, pasar tradisional yang sudah berdiri sejak tahun 1918 ini populer sebagai pasar ikan asin terbesar di Surabaya.
      Pasar ini, sesuai namanya terletak di kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya. Di sini, kita bisa menemui ribuan pedagang ikan asin dari berbagai daerah, diantaranya Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, yang menjajakan barang dagangannya di kurang lebih 1.500 stan.
       Bicara ikan asin yang paling banyak dicari, ikan asin bloso, moto ombo, ikan asin daduk, ikan asin kelotok, atau jambrong menjadi favorit. Di tengah menjamurnya pusat belanja moderen saar ini, Pasar Pabean cukup eksis karena jenis dagangannya sangat segmented, yaitu ikan asin hingga ikan segar baik laut maupun air tawar. 

Trem Listrik

      Dulu di Surabaya pernah ada trem. Bahkan unik tremnya ada 2 jenis, yaitu trem uap dan listrik. Dalam foto di atas tampak moda transportasi trem listrik di daerah Sikatan yang pensiun tahun 1971. Trem listrik muncul karena saat itu trem uap dinilai menyebabkan polusi yang sangat besar.
       Untuk mencari sisa trem listrik saat ini agak rumit. Mungkin sisa trem listrik yang bisa dilihat agak jelas adalah bekas pengait kabel arus listrik untuk penggerak tram di bawah viaduct Pasar Besar di jalan Pahlawan, dekat eks- bioskop Surabaya 21. Selain itu jalurhijau di jalan utama menuju pelabuhan Tanjung Perak dulunya adalah jalur trem listrik. Namun sayangnya bekas bengkel trem listrik yang terletak di ujung barat jalan Tidar, di daerah Sawahan nyaris tidak tersisa. 

Simpangsche Societeit 

      Didirikan pada 1907, gedung di tengah kota Surabaya itu tadinya dikenal sebagai Simpangsche Societeit atau Simpangsche Club. Orang menyebut Rumah Kamar Bola atau Bioskop Londo karena digunakan sebagai tempat hiburan.
     Simpangsche Societeit dibangun oleh arsitek Westmaes dengan perhitungan sangat cermat. Kubah Simpangsche Societeit ini mirip mahkota ratu Belanda. Di gedung itu juga ada tulisan pribumi dilarang masuk. Ada tulisan: VERBODEN VOOR INLANDER! Artinya, dilarang masuk untuk kaum inlander, pibumi.
      Setelah Belanda hengkang,1945 Simpangsche Societeit berganti nama menjadi Balai Pemuda. Fungsinya sebagai tempat kongkow-kongkow, hiburan, masih dipertahankan. Gelar musik merupakan agenda tetap.
Dalam perjalanan waktu, peranan Balai Pemuda sebagai pusat kegiatan seni surut. Pada 1980-an, lebih-lebih 1990-an, Balai Pemuda pelan tapi pasti beralih fungsi. Kini, eks-bioskop Mitra yang sudah bangkrut akan disulap menjadi Gedung Kesenian Surabaya. Sayangnya, mesti bangunan sudah direnovasi, baru 2012 nanti dioperasionalkan.

Kramat Gantung

      Jalan Kramat Gantung yang terletak di antara Jalan Pahlawan, Pasar Besar & Gubenuran (daerah alun alun contong) sekitar tahun 1940-an sudah digunakan sebagai pusat bisnis warga Surabaya. Para pedagang, memanfaatkan area di bawah rindangnya pohon di kanan-kiri jalan untuk menggelar dagangannya.
      Bahan makanan, hasil pertanian, peralatan bercocok tanam dan peralatan rumah tangga menjadi beberapa jenis barang yang dijual. Ada pula, rumah di sekitar kawasan itu yang menjadi warung makan.
      Saat ini Jalan Kramat Gantung sudah penuh ‘ditanami’ bangunan pertokoan modern. Toko karpet, plastik dan busa mendominasi kawasan bisnis tersebut. Macet menjadi ciri khasnya kini. Pasalnya, kawasan ini selalu ramai dengan aksi bongkar muat dari truk yang mengangkut karpet dan busa.
      Kadang terjadi antrean yang cukup panjang dan itu berdampak pada kondisi lalu lintas di Jalan Pahlawan dan Jalan Pasar Besar. Apalagi, dari dua jalur yang ada hanya satu lajur yang digunakan. Lajur satu digunakan untuk parkir kendaraan pembeli maupun truk pengangkut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Jangan lupa berkomentar ya......